Jumat, 08 April 2022

The Hero of Mine - Mom

Saya pernah tidak sengaja membaca sebuah kutipan di sosial media, kalimatnya pendek tapi mempunyai arti yang dalam. Kurang lebih bunyinya seperti ini,

"Saya akan baik-baik saja selama yang hilang bukanlah ibu saya"

Ya, kalau saya membayangkan tak ada sosok ibu di hidup saya mungkin saya tidak bisa. Saya sangat membutuhkan beliau semandiri apapun saya.

Tapi perlu diingat juga bahwa semuanya adalah titipan, bersyukurlah jika kalian masih mempunyai seorang ibu, berbaktilah kepada nya, jangan berhitung kebaikan kepada ibu karena sebesar apapun kebaikan yang kita berikan tidak akan pernah bisa membalas pengorbanannya.

Pengorbanan yang dilakukan setiap ibu tidaklah mudah, itulah mengapa seorang ibu sangat pantas disebut sebagai pahlawan bagi anak-anak nya.

Begitu pula dengan ibu saya, beliau adalah pahlawan di kehidupan saya.

Beliau selalu menemani saya melewati setiap fase kehidupan.

Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Meskipun begitu, ibu saya ahli dalam segala hal. 

 ❤Ibuku, guruku❤

Guru pertama dikehidupan saya adalah ibu. Bagaimana tidak, ibu yang pertama kali mengajarkan saya berbicara, berjalan dan banyak hal lainnya yang berguna sampai sekarang.

 ❤Ibuku, ayahku❤

Ayah saya seorang prajurit sehingga terkadang ia ditugaskan ke luar jawa. Saat ayah tidak dirumah, ibulah yang menggantikan peran ayah.

 ❤Ibuku, sahabatku❤

Saya sendiri adalah seorang yang pendiam, jarang pergi keluar sehingga teman yang sering saya ajak ngobrol adalah ibu saya. Saya bisa cerita apapun ke ibu sudah seperti sahabat karib. Begitu pula ibu, beliau juga sering curhat ke saya entah masalah dengan ayah atau tetangga.

Hubungan kami sangat dekat sampai saya dibilang "anak mama" . Saya tidak merasa terganggu dengan sebutan itu malah saya bangga dan bersyukur bisa merasakan kasih sayang ibu.

Saya teringat suatu momen, saat itu saya baru lulus SMA dan alhamdulillah diterima di salah satu Universitas di Surabaya sedangkan saya tinggal di Sidoarjo. Saat hendak mendaftar ulang di kampus, saya bingung bagaimana caranya pergi kesana karena saat itu saya belum begitu ahli memakai kendaraan bermotor dan juga saya tidak pernah ke surabaya sendiri. Saya juga tidak bisa bareng teman-teman karena kami memiliki jadwal daftar ulang yang berbeda. Akhirnya saya menceritakan ini ke ibu dan beliau langsung menjawab mau menemani saya ke kampus naik angkot. Padahal tidak ada angkot yang berhenti tepat di depan kampus, kami harus jalan kaki sekitar 1,4 km dari tempat berhentinya angkot sampai ke kampus. Saat itu saya merasa bersalah sekali mengajak ibu. Saya tau ibu capek tapi beliau tidak pernah mengeluh sekalipun. Memang seorang ibu adalah pembohong yang handal untuk berkorban demi anaknya.

Tidak hanya diawal masa kuliah saja ibu menemani saya, bahkan saat saya kos beliau sering mengunjungi saya, padahal setiap hari sabtu dan minggu saya pulang. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak kos lagi. Saya paham bahwa ibu saya mengkhawatirkan putrinya. Memang dari kecil saya selalu bersama ibu saya, kami tidak pernah berpisah jauh dalam waktu yang lama.

Namun, ibu saya harus berkorban kembali saat saya mendapat kesempatan internship di Filipina selama satu bulan. Demi cita-cita putri nya, beliau rela menahan beban pikirannya untuk jauh dari saya. Ibu memang orang yang sensitif, beliau mudah sekali sedih dan menangis. Agar beliau tenang, sebelum berangkat saya selalu mengatakan kepada ibu bahwa saya akan baik-baik saja dan bisa mengurus diri saya sendiri.

Ibu oh ibu.. beliau tidak bisa untuk tidak memikirkan anaknya.

Baru saja beberapa hari saya tiba di Filipina ternyata ibu saya sakit dan dirawat di rumah sakit padahal sebelumnya ibu tidak pernah rawat inap. Dan beliau tidak mau mengabari saya tentang hal itu. Entah ikatan batin atau bagaimana, saya sendiri juga sakit selama seminggu setelah sampai disana.

Dengan berjalannya waktu, ibu kini mulai memahami bahwa putri nya sudah dewasa, sudah mulai bisa hidup mandiri.

Sebagai seorang anak, tentu saya ingin menemani ibu, bersama ibu namun manusia hanya bisa berencana, Allah yang menentukan.

Bulan depan saya akan menikah dan sebagai seorang istri sudah menjadi kewajiban untuk mengikuti suaminya. Saya harus tinggal di Kalimantan sedangkan Ibu bersama Ayah di Jawa. Lagi lagi ibu harus berkorban, merelakan putrinya yang selama ini ia besarkan dengan penuh kasih sayang untuk berpisah dengannya.

Saya hanya bisa meyakinkan ke ibu bahwa meskipun kita tidak tinggal bersama lagi tapi kita masih bisa mengobrol dari jauh. Teknologi sudah semakin canggih, dengan adanya video call ibu bisa melihat saya. Saya juga akan berusaha untuk sering mengunjungi ibu.

Namun ternyata ibu tidak mudah diyakinkan. Meskipun ibu bilang "rela" namun saya tau masih berat bagi ibu untuk melepas saya. Saya ingin membelikan ibu tiket pesawat ke Kalimantan karena saya fikir itu adalah salah satu cara untuk membuat ibu tenang. Jika ibu melihat langsung bahwa saya dan suami bisa hidup mandiri disana mungkin ibu bisa paham dan tak mengkhawatirkan saya.

Terkadang saya merasa ibu berlebihan namun saya sadar bahwa saya yang tidak paham perasaan ibu karena saya belum merasakan sendiri bagaiamana menjadi seorang ibu

Untuk ibuku dan ibu-ibu lain diluar sana, kalian sangat hebat, pengorbanan kalian untuk kami anak-anak mu sangat berarti. Dan untuk diri saya sendiri serta anak-anak di luar sana, pahamilah bahwa tidak ada yang menyayangimu melebihi ibumu ❤

The Hero of Mine - Mom

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Oh ya kalian sudah tau ga sih tentang aplikasi agen sembako? Ternyata ada loh namanya Super App . Aplikasi ini berguna banget buat warung-warung sembako yang kesulitan menemukan supplier . Untuk informasi lebih lanjut langsung aja kepo-in website nya atau download aplikasi nya